Kamis, 19 Agustus 2010

ANT and the GRASSHOPER

Since many friends knew that i am only an english teacher for children, i should have had lot fables/animal tales, let me show you this one, The Ant and The Grasshopper Never forget: with prayers " Robbi dzidni ilman warzuqni fahman amiin ya Allah..Ya Allah yg Maha Pengampun, ampun kanlah segala dosa-dosa ku, Allohumma innaka affuwun tuhibbul afwa fa'fu anni....(many times)."

By Rohini Chowdhury

Once there lived an ant and a grasshopper in a grassy meadow.

All day long the ant would work hard, collecting grains of wheat from the farmer's field far away. She would hurry to the field every morning, as soon as it was light enough to see by, and toil back with a heavy grain of wheat balanced on her head. She would put the grain of wheat carefully away in her larder, and then hurry back to the field for another one. All day long she would work, without stop or rest, scurrying back and forth from the field, collecting the grains of wheat and storing them carefully in her larder.

The grasshopper would look at her and laugh. 'Why do you work so hard, dear ant?' he would say. 'Come, rest awhile, listen to my song. Summer is here, the days are long and bright. Why waste the sunshine in labour and toil?'

The ant would ignore him, and head bent, would just hurry to the field a little faster. This would make the grasshopper laugh even louder. 'What a silly little ant you are!' he would call after her. 'Come, come and dance with me! Forget about work! Enjoy the summer! Live a little!' And the grasshopper would hop away across the meadow, singing and dancing merrily.

Summer faded into autumn, and autumn turned into winter. The sun was hardly seen, and the days were short and grey, the nights long and dark. It became freezing cold, and snow began to fall.

The grasshopper didn't feel like singing any more. He was cold and hungry. He had nowhere to shelter from the snow, and nothing to eat. The meadow and the farmer's field were covered in snow, and there was no food to be had. 'Oh what shall I do? Where shall I go?' wailed the grasshopper. Suddenly he remembered the ant. 'Ah - I shall go to the ant and ask her for food and shelter!' declared the grasshopper, perking up. So off he went to the ant's house and knocked at her door. 'Hello ant!' he cried cheerfully. 'Here I am, to sing for you, as I warm myself by your fire, while you get me some food from that larder of yours!'

The ant looked at the grasshopper and said, 'All summer long I worked hard while you made fun of me, and sang and danced. You should have thought of winter then! Find somewhere else to sing, grasshopper! There is no warmth or food for you here!' And the ant shut the door in the grasshopper's face.

It is wise to worry about tomorrow today.

THE END

presented to all who like reading english animal tales/fabels..:)

PESAN BAGI PARA HAKIM (Abu Nawas Style)


Completing our Ramadhan evenings with Prayers and studies, we have another story of AbuNawas..here you go.

Never forget: with prayers " Robbi dzidni ilman warzuqni fahman amiin ya Allah..Ya Allah yg Maha Pengampun, ampun kanlah segala dosa-dosa ku,Allohumma innaka affuwun tuhibbul afwa fa'fu anni....(many times)."

Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk menguburjenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan mendo'akannya, maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.

Namun... demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila.

Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.

Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.

Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.

"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana." kata wazir utusan Sultan.

"Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya."jawab AbuNawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu."

"Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar." kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.

"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?" kata wazir.

"Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau." kata Abu Nawas.

"Apa maksudnya Abu Nawas?" tanya wazir dengan rasa penasaran.

"Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu." sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.

Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

Dengan geram Sultan berkata,"Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa."

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.

Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.

"Abu Nawas bersikaplah sopan!" tegur Baginda.

"Ya Baginda, tahukah Anda....?"

"Apa Abu Nawas...?"

"Baginda... terasi itu asalnya dari udang !"

"Kurang ajar kau menghinaku Nawas !"

"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?"

Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya. "Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali"

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga.]

"Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?"

"Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?"

"lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?"

"Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!"

"Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda."

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.

Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.

Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.

"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda."

Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya."Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?"

Berkata Abu Nawas,"Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pukulan itu."

"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang itu?" tanya Baginda.

"Tuanku,"kata Abu Nawas."Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya. Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya."

"Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjianseperti itu dengan Abu Nawas?" tanya Baginda.

"Benar Tuanku,"jawab penunggu pintu gerbang.

"Tapi hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan."

"Hahahahaha! Dasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!"sahut Baginda."Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka narget, suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu!"

"Ampun Tuanku,"sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.

Abu Nawas berkata,"Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau istirahat, tiba-tiba diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba."

Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha...jangan kuatir Abu Nawas."

Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.

Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.

Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para menterinya.

"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?"

Wazir atau perdana meneteri berkata,"Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi."

Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.

"Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi."

"Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja."

Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.

Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang bernama Polan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyetujuinya.

Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.

"Alhamdulillah aku telah terlepas dari balak yang mengerikan.

Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja."

Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Ceritanya begini:

Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.

Berkata bapaknya,"Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku."Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.

"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?"

"Benar Bapak!"

"Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku ini."

"Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi... yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"

"Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?"

"Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini."

Berkata Syeikh Maulana "Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi."

Nah, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi, seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatuperkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.

(FINISH) (Dikutip dr dngng kakrico)

Untuk anakku. M Taufiq Baskoro dan Sang made Brian laksemana,

Robbana hablana min azwajiina wadurriyatinaa qurrota'ayuunin waj'alana lil muttaqiina imamah..

40 tahun lamanya berbuat dosa

Saya menyukai cerita Indah ini ketika Allah Yang maha Akbar, mengharamkan diriNya sendiri sebagai tukang mengadu..let's read, teriring doa Robbi dzidni ilman warzuqni fahman amiin ya Allah..

Ya Allah yg Maha Pengampun, ampun kanlah segala dosa-dosa ku,
Allohumma innaka affuwun tuhibbul afwa fa'fu anni....(many times).


Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: "Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!"Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.

Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: "Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.

Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.

Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."

Nabi Musa kembali berkata: "Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?" Allah berfirman: "Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!."

Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: "Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, karena kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!"

Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahwa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT."

Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.

Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: "Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?"

Allah berfirman: "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu."

Nabi Musa berkata: "Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?"

Allah berfirman: "Wahai Musa, dulu ketika dia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"

(Dikutip dari buku: "1001 Keinsafan "Kisah-kisah Insan Bertaubat". Oleh: Kasmuri Selamat M A)

(Finish)

Jumat, 06 Agustus 2010

LAGU-LAGU JAWA KUNO (TEMBANG ANAK-ANAK) YANG EDUKATIF

LAGU-LAGU JAWA KUNO (TEMBANG ANAK-ANAK) YANG EDUKATIF

SUNGGUH INI ADALAH CATATAN KECIL SAYA, BUKAN KARANGAN SAYA TAPI MERUPAKAN KARYA AGUNG SANG MAESTRO PENDIDIKAN NASIONAL BANGSA KITA, “KI HADISUKATNO”.
Beliau adalah salah satu pejuang pendidikan nasional RI yang juga sejawat dan teman seperjuangan mantan Menteri Pendidikan nasional RI yang pertama, Ki Hajar Dewantara di Perguruan Nasional Tamansiwa, Jokjakarta.

Bila diperkenankan sebenarnya kami hanya hendak mengingatkan salah satu Harta warisan bangsa yg mungkin diperlukan bagi para pendidik terkini sebagai inspirasi Teaching Development Skill in Multi Culture, kami sangat berharap kiranya ada beberapa teman dan pihak-pihak pemerhati pendidikan bangsa berkenan memberikan Koreksi adan pengayaan, matur sembah nuwun.
(awas!!, mohon perhatian..menawi mboten luput tembang2 meniko inggih wonten mantra-mantranipun..but, ampun percados, menawi percados inggih mboten luput, nuwun.:) ...)

*MBAMBANG WIS RAINO
mBambang wis raino, mbambang wis raino,
srengengene muncul sunar sumamburat
cicit cuwit cuwit cicit cuwit cuwit, rame sworo ceh ocehan
krengket gerat geret, krengket gerat geret,
nimbo aning sumur adus gebyar gebyur..
segere gepati segere gepati…

*GUMEGAH
Gumegah gumegah ndang tangi, lah ojok pijer dak tumulih
Cek cekat ceket ditandangi, ndang ndang rampung migunani

*CAH DOLAN
Cah dolan do reneyo, cah dolan do reneyo,
yoa yo podo kumpul pul kumpul,
rame rame wis akeh kancane,
dolanan dewed ewe,
jamuran lepetan, gelungan,
rame re re re re rame rame..

*JARANAN
Jaranan jaranan jarane jaran teji
Sing numpak mas kabehi sing ngiring poro mantra
Jrek jrek nong, jrek jrek nong.sek kesek turut turut..
Buk krincing gedebuk krincin, prok prok gedebuk jeder

*MARDIKO
Nora gampang wong ngadek mardiko..sangune kudu wani
Tan gumantung ing liyan ngadek diri pribadi
Wani korban jiwo rogo lan pati..jer basuki mawa beyoo wis mesthi..

*KSATRIA
Maju kowe cathu, mundur kowe ajuur,
tokne sak balamu ora wedhi suduk an mu,
iki lho dodho satrio iki lo bolo Janoko..

*BIBIS
Bibi marengko wangan
Lajer pari ri ri salunduphan..sondong..sondong
Njogeto koyok bangong..

*ABC
ABC ..DEFG.. HIJ.. KL.. MN.. OP
PQRS..TUVW.. XYZ.. Entek, bali ABC

*SAR SUR
Sar sur kulonan mak mak gemak e retette tak undange retette
Yek kecandha nganggo gawe..hadi mesthi mati ti hadi mesti mati
Tak bedhile mimis wesi.trong trong dung..

*JAMURAN
Jamuran yo gethetok Jamur opo yo gethetok..

*ADUH SIMBAH
Aduh simbah kulo pun mlebet sekolahhh
Konco kulo sampun kathah aduh aduh simbah
kulo sampun mboten wegah..sak ben eenjing..mangkat sekolah..

(still far away from the completeness, so we are waiting for any additions, tq)


Sekolah Taman Siswa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah:
• Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita/guru memberi contoh kepada murid)
• Ing Madya Mangun Karso (di tengah-tengah murid kita/guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka)
• Tut Wuri Handayani (dan dari belakang kita/guru memberi daya-semangat dan dorongan bagi murid).
Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu rangkaian/ungkapan utuh: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, yang sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Dr Zulkarnain, EdD (Ki Zulkarnain, Pamong Tamansiswa Majelis Cabang Surabaya th 1987-1997, cc KI Alm. I Putu Putra dan Nyi HJ Dahlia Harahap BA, Pamong Tamansiswa Majelis Cabang Binjai th 1997-1999, cc Alm. Ki Suharto, anggota PKBTS th 1976 hingga saat ini)

Selasa, 03 Agustus 2010

JOURNAL to KEPSEK

Assalamu'alaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohiim

Ada cerita tentang seorang KepSek, suatu saat ketka saya sedang berbincang-bincang dengan seorang Ketua Yayasan ditempat saya sedang bekerja, tepatnya di halaman sekolah. Datang seorang anak buah sang ketua Yayasan, KepSek. Si KepSek datang menyapa hormat sang ketua Yayasan dan menjabat tangan Ketua Yayasan dengan penuh rasa hormat..sementara kepada saya sama sekali tidak, alias dikacangin :) hehehe Saya pun InsyaAllah tidak gila hormat, cuman saya agak sedikit merasa lucu saja sama diri saya sendiri, kenapa hal seremeh ini saya harus jengkel dan sakit hati, :P
Agar supaya rasa sakit hati ini segera hilang, saya ungkapkan langsung kepada sang Ketua Yayasan, rupanya benar, langsung merasa dirinya juga baru menyadari adegan janggal sesaat ini, dengan penuh rasa kaget dan khas gaya seorang ketua Yayasan yang sangat bijaksana, beliau berkata kepada saya, "..Wah bila sikap KepSek kita begitu..nanti akan saya tegur pak KepSek kita.."
saya pun tersenyum dan berpikir kenapa harus ditegur, saya toh bukan pejabat atau siapa-siapa, saya hanyalah seorang seseorang yang usianya lebih tua daripada si KepSek ini..dan saya memamng sedang di sewa (hire) oleh yayasa untuk turut serta mengembangkan penerapan BILINGUAL dalam kapasitas saya di sekolah yg sedang dipimpin si KepSek tadi..:)
Bahkan saya pun punya tugas untuk memberikan arahan (Lecturing) baik kepada Guru-guru dan siswa yang dipimpin si KepSek, termasuk yaa si KepSek itu juga. Well..well masih ada ya Kepsek spt ini di jaman yg sudah sangat maju ini...:P
Saya akan sampaikan kepada Board Yayasan termasuk owner, untuk tidak usah memberi teguran, gak perlu ditegur KepSek model begituan, ijinkan saja saya sebagai Consultant utuk menJOURNAL setiap kelayakan tingkah laku KepSek, dari dan sampai saat yg ditentukan, seraya berdoa mudah2 mudahan akan terjadi progress yg fluktuatif dan akhirnya menjadikan kebaikan bg seorang KEPSEK...:) kesemuanya nanti akan merupakan Laporan Hasil kerja saya (included..:)...)

Sorry, sungguh bukan merupakan suatu maksud merendahkan siapapun, saya sendiri juga sedang terus-menerus mempelajari setiap keadaan, bahkan mengkontrol diri dan siapapun yg berada disekitar saya, semua ini demi kebaikan, saya pun bukan tdk pernah mendapat tugas berat seperti pak Kepsek tadi, dahulu (kala) di medan pun saya pernah kow mendapat tugas sebagai Pembantu rektor 3 bahkan Rektor sebuah Universitas besar, PERBANAS atau dulu namanya UNIVERSITAS TRIKARYA, Medan. Dulu tapi, ketika itu saya pun diawasi dengan cermat oleh Mahasiswa2 saya, para staf saya, Ketua dan Dewan Badan Pembina Harian, cc Soeryatmono, SH., MM, bahkan ketua Yayasan, cc dr. I Nyoman E.L,M.Kes,AIFM dan pemilknya sekalipun, cc Prof DR Janius Jamin, SH.. ..hehehehe sharing pengalaman ..sekarang dah tua dan gak laku hehehehe...
ViVAT ALMAMATER, VIVAT ACADEMIA, VIVAT PROFESSORE, NON SCHOLAE SED VITAE DISCIMUS....

Good luck everybody..!
medioaugust3-3-2010alazharsyifabudibali, Zulkarnain,EdD(C)