Selasa, 28 Oktober 2008

THE RICHEST ONE

Siapa orang yang tak ingin menjadi kaya. Sebuah pernyataan yang jarang ada yang memungkirinya. Namun bila kita kaji lebih baik, tentu makna kaya itu akan sangat luas sekali pengertiannya. Dalam suatu perkuliahan di Pasca Sarjana UDA, Medan pernah saya ungkapkan kepada mahasiswa-mahasiwa terbaik saya bahwa saya adalah salah satu orang yang terkaya didunia ini....hmmm mahasiswa saya yg umumnya usianya jauh lebih senior ketimbang umur saya saat ini, pada tersenyum kecut mendengarnya...entahkah mereka ragu, tak percaya ataupun mungkin sepele menganggap pernyataan saya tersebut atau mereka juga kepingin tahu lebih lanjut seputar pernyataan yg agak aneh ini bila mungkin dilihat dari segi fisik dan keadaan saya ketika sedang mengajar mereka, beberapa orang pasti tahu tentang saya dalam hal penampilan, baju sederhana, sepatu pun sepatu yg beli di emperan malam sepanjang jl Setiabudi Medan, tas yang dibawa pun tas sekolah anak SMA, pasti secara penampilan dan pernyataan mungkin bagi sebagian mereka pada dasarnya pernyataan saya tadi sangat tidak matching. Mungkin ada pertanyaan, koq berani-berani nya dosen muda ini menyatakan dirinya sebagai orang terkaya, ada yang gak beres ini...hehehehe. Well sebagai seorang dosen yg terikat akan kewajiban menjelaskan pernyataan, saya mencoba tenang sejenak. saya juga tahu kalau sebagian besar mahasiswa saya ini adalah para pejabat negara, camat bahkan ada juga beberapa diantaranya yg eselon II atau penasihat bupati/walikota...tentu akan merupakan hal yg tidak menyenangkan bila saya salah dalam menjelaskan. Perlahan saya mulai memberi penjelasan maksud yg saya katakan tadi, yaitu "saya adalah salah seorang yg terkaya didunia ini" kaya maksud saya adalah kaya akan kemiskinan. kaya akan kekurangan materi, kaya akan kehidupan yang tidak adil, kaya akan problem, kaya akan ketidakseriusan. Mulai beberapa mahasiswa saya yang agak setengah ngantuk terbangun. entah karena mereka terbangun mendengar penjelasan saya yg semakin contrast ini atau bisa juga karena jam kuliah tinggal sepuluh menit lagi, well saya sebenarnya sungguh sungguh dalam menyatakan hal ini, dan saya bener-benar tidak main-main. Saya bahkan punya setumpuk jurnal akan kekalahan, setumpuk catatan akan kegagalan, mungkin juga akan semakin bertambah lagi satu, yaitu kegagalan dalam menjelaskan pernyataan yg saya sebutkan tadi, tapi biarlah......saya sangat berkeinginan bila para mahasiwa pasca sarjana saya berkenan memahami maksud saya..bahwa saya mungkin salah satu orang YANG PALING KAYA AKAN KEMISKINAN MATERI, KEKURANGAN AKAN FASILITAS BAHKAN KAYA AKAN KETIDAK ADILAN, sementara saya juga SANGAT KAYA AKAN CITA-CITA, KAYA AKAN BEREKSPRESI, KAYA AKAN PIKIRAN-PIKIRAN GILA, hmm... mungkin cuman satu KEMISKINAN SAYA, SAYA MISKIN AKAN KEHENDAK UNTUK MAU BERPIKIR DAN MERENUNG SERTA MISKIN AKAN KEMAUAN UNTUK MENATA HIDUP SEBAGAIMANA LAYAKNYA KEBANYAKAN ORANG. Jika anda bingung dengan pernyataan saya ini, hmm... apalagi saya...mari tanpa mengurangi rasa hormat kita bagi sesama, kita seharusnya muai mau merenungi makna KAYA, untuk lebih jauh mencari pemahaman dan perbaikan definisi.

2 komentar:

  1. saya salut akan pendapat anda, cuman saya agak sedikit bingung kenapa harus kita sebut kita kaya?
    sementara masih banya kepentingan yg bisa kita dapatkan ketika kita menjadikan diri kita sebagai org miskin aja lah...agar bisa mendapatkan banyak kontribusi hehehe..
    bravo pak zul!!!
    (mahasiswa fak. sastra "sejarah" UNAIR surabaya)

    BalasHapus
  2. hallo pak zul, kapan saya bisa menemui anda secara offline, saya sedang pengen rasanya berbincang langsung dengan anda seputar makna kaya dan miskin, saya kian hari kian risau akan pemahaman kaya dan miskin,
    sukse ya pak,
    choki

    BalasHapus